Selamat Datang | Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma | Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat

Thursday, November 17, 2011

Salamku, Sahabat (cerita dari satu kosan ke kosan lainnya ^^)

Kawan Kosan Pertama

Mencontek judul lagu dari KLa Project beberapa tahun lalu. Mencontek liriknya juga sebagai kalimat Tanya, “apa kabar di hidupmu, sekian waktu adakah kau baik selalu, sahabat?”. Kapan hari liat-liat buku di toko buku, ngeliat buku berjudul anak kos dodol, konon sudah ada tiga jilid, aku baru baca jilid satu. Bagus juga, tapi aku yakin, kalau kawan-kawan mau menuliskan kisah yang dialami selama ada di kosan waktu kuliah atau sekolah, pasti juga akan menyenangkan. Seperti kali ini, aku akan coba menulis dan mengingat-ingat kembali kawan kos yang diantaranya adalah sahabat-sahabatku.
Setidaknya, aku mengalami beberapa kali pergantian kawan kos, baik ditempat yang sama atau ditempat yang sama sekali berbeda. Kalau diinget-inget dan diitung-itung, aku pindah tempat kos sebanyak 9 kali (lumayan juga ya…^^) dalam waktu 11 tahun (what??? Sebelas tahun masih ngekos juga??? :p). Dari delapan kali hijrah tempat kos itu, 3 diantaranya di kota Malang, dua di Madura, tiga di Bandung dan satu di Surabaya. Dari delapan kali itu, mana kira-kira yang paling menarik? Hmmm agak sulit dijawab, semuanya punya cerita masing-masing yang akan aku ringkas dalam tulisan ini, tapi dari semuanya ada satu yang membawa kesan yang paling berarti. Tak lain tak bukan adalah kosan pertama, Malang, medio Agustus 2000.
Kosan pertama sangat sederhana (baca: kecil…^^). Berukuran 2 x 2 meter, cukuplah untuk anak semester I duduk di bangku kuliah dimana buku belum seberapa dan pakaian ala kadarnya. Kenapa dari delapan kosan itu, ini yang terpilih? Jawabannya sangat sederhana. Karena aku menemukan “keluarga” baru yang sangat dibutuhkan ketika kita jauh dari keluarga inti kita. Tidak terbayang, mendadak aku terpisah dari keluarga, sendiri di sebuah kota yang tidak ada orang lain selain kawan tetangga kamar kosan. Kosanku dua lantai, lantai satu terdapat 6 kamar yang diisi 10 orang dengan satu mushola dan tiga kamar mandi, sedangkan lantai dua, terdapat 5 kamar yang dihuni 9 orang. Rata-rata tiap kamar punya roommate kecuali aku di lantai atas dan dua orang kamar dibawah... baru tiga bulan ngekos penyakitpun datang. Lumayan. Infeksi usus dan ada gangguan dengan syaraf mata (yang membuat berkacamata sampai sekarang..^^). Nah di saat seperti itulah, kawan kosan yang rata-rata adalah kakak tingkat (biar kata Cuma setahuan di atas) namun semangat sebagai seorang abang sangat luar biasa. Ada yang bernama Hanif (anak IAIN) dan Hakim (anak MIPA UB) yang seolah menjadi abang sesungguhnya. Mulai dari nganter ke dokter, beliin makanan sampe menjaga kalau-kalau tengah malam bangun (karena sering muntah efek dari infeksi ususnya). Luar biasanya, dua abangku itu yang pada tahun berikutnya pindah kosan dan hampir tidak pernah ada kabarnya sampai sekarang. Semoga sehat selalu kalian sahabat, terima kasihku waktu itu kawatir tak bisa kuganti dengan apa yang aku mampu.
Kosan kedua, lumayan bagusan dengan harga yang dua kali lipat dari kosan yang pertama. Menghuni kosan kedua akibat dari adanya terror hantu pocong di kosan pertama yang sudah kutempati selama dua tahun dengan kenyamanan keluarga yang tiada bandingnya. Kosan baru ini juga dua lantai, tapi efektif yang difungsikan sebagai kosan hanya lantai dua yang hanya terdapat 6 kamar dengan 9 orang di dalamnya. Kalau yang ini mayoritas seumuran, sehingga abang-abangan tidak terasa, bahkan cenderung indivualis. Terkotak dalam kamar-kamar walaupun disediakan ruang bersama yang terdapat sebuah televise dan dispenser air minum gratis. Tahun kedua baru muncul rasa kekeluargaan yang dipicu oleh hobi yang sama, yaitu main game multiplayer, yang membuat kantong kami bolong ga karuan. Bagaimana gak bolong, tiap hari nongkrong di multiplayer game mulai dari jam 8 malam sampai jam 5 pagi. Selain itu, di kosan ini ada cerita tentang kawan kosan yang terobsesi pada satu wanita dengan melakukan hal-hal yang aneh. Menghafal jadwal harian si cewek pujaan tanpa bertegur sapa sedikitpun. Salamku sahabat, semoga sekarang kau ada kemajuan dengan cewek pujaanmu itu..^^ dua tahun juga aku di kosan kedua ini.
Kosan ketiga, terpaksa pindah ketempat ini karena dikosan kedua tidak bisa bulanan bayarannya. Harus pertahun, sedangkan aku sudah lulus dan sedang mencari penghidupan sementara di kota Malang ini. Luar biasanya kosan ini adalah terdiri dari kamar yang sampai saat ini tidak kuketahui pasti jumlahnya (saking banyaknya). Kawan-kawan menyebut kosan kami dengan sebutan “Hotel” karena begitu liarnya kosan kami ini. Kosan ketiga ini terdiri dari blok-blok, mulai dari blok A sampai blok H (kalau tidak salah), udah mirip perumahan aja pokokna mah. Aku sendiri tinggal di blok H, yang konon terkenal dengan urusan wanitanya..(ouw…^^) kenapa begitu, karena di blok ini, seringnya cewek2 kawan kos kami menginap disitu, dan bisa dipastikan aku yang dituakan disitu, karena pertama, aku udah lulus (dan hanya aku yang udah lulus..^^), kedua mereka rata-rata duduk di semester III, V, bahkan I. peta kawasan kosan ini adalah sebagai berikut. Blok A konon juga dikenal dengan blok wanita sama dengan blok C, tapi kebenarannya hanya kutau dari kawan-kawan yang ada di blok A. blok B adalah blok borjuis, kamar-kamar mewah yang perabotannya lengkap, bahkan dengan AC dan segala macamnya perlengkapan macam TV, Playstation II, PC dan segala kemewahan lainnya, yang ketika tahun 2004 pertengahan masih menjadi barang yang luar biasa. Blok D konon markasnya pembalap liar yang kerjaan tiap harinya ngulik motornya di parkiran kosan (ntah kapan kuliahnya, dan tidak satupun yang kukenal dari blok ini). Blok E, F, G dan H konon adalah blok mabok dan kawan2nya, karena botol miras banyak berserak disekitar blok ini. Cerita dari kosan ini adalah seorang kawan semester I (waktu itu) yang kamarnya tepat di depan kamarku. Laurensius namanya, anak Singkawang, Kalimantan Barat. Berangkat kuliah dengan menyandang gelar juara olimpiade Kimia nasional, namun udiknya luar biasa…^^ sangat kagum dengan pulau Jawa dan segala isinya, dan masih merasa seperti mimpi kuliah di pulau Jawa. Sahabat satu ini lebih kuanggap macam ade (sok jadi abang kali ini…^^), sering dianya minta saran soal kuliahnya, dan seringpula aku kasi masukan terkait bagaimana-bagaimananya. Dari tahun 2004 dia kontak lagi samaku pertengahan 2010 kemaren, dan bercerita, dia gagal di kuliahnya yang pertama dan sekarang pindah ke kampus lain. Semoga sukses selalu sahabat, kemampuanmu dan keluguanmu waktu itu sangat memukauku. Jika ada yang baik dari pesanku waktu itu, anggap sebagai cerita seorang abang dengan adenya, namun jika ada yang kurang baik, sempurnakanlah sebagai seorang sahabat yang saling melengkapi.
Kosan keempat, setelah aku hijrah ke pulau Madura. Kosan ketiga kutempati selama setengah tahun lalu aku pindah ke kosan keempat. Kosan keempat ini tidak banyak kesan karena hanya 3 bulan ditempat itu. Ditempat ini aku ketemu dengan keluarga baru di tempat yang baru yang juga merupakan rekan kerja dan akan selalu bertemu sampai pensiun nanti jika sampai usia kami. Kosan keempat sangat luas, dengan puluhan kamar di dalamnya. Beberapa kawan dari kosan keempat turut hijrah bersamaku di kosan kelima.
Kosan kelima, adalah sebuah rumah yang kami sebut ksatrian…^^. Bukan kosan tapi kontrakan tapi apalah bedanya antara kosan dan kontrakan, sama saja esensinya. Jadi kuhitung sebagai kosan kelima. Ksatrian ini terdiri dari 6 kamar. Kami menempati ksatrian ini selama 3 tahun, dan mengalamai beberapa pergantian personil. Personil pertama adalah Mamiek, Aku, Sofyan, Arief, Dj, Pak Pri dan Hafi. Belum genap satu tahun, sahabat kami, Sofyan menikah sehingga harus bersama dengan istrinya, sehingga Sofyan digantikan dengan sahabat kami yang lain, Pak Geng. Berikutnya Pak Pri yang menikah dan digantikan dengan sahabat kami yang lain Cak Sul dan masuknya sahabat kami yang lain, Cak Fu. Karena kami satu rumah, dan satu kantor, jadilah kami keluarga yang benar-benar keluarga. Namun, rasa keluarganya lebih kena seperti yang aku ceritakan di kosan pertama. Mungkin karena first is always better. Ksatrian ini bubar ketika setelah tiga tahun banyak diantara kami yang menikah dan beli rumah sendiri. Saat ini ada yang sudah memiliki tiga anak, dua anak, bahkan dua istri…^^
Biarpun berpisah, namun kami tetap bertemu. Dan seringnya terlontar dari masing-masing kami, ayo kapan para ksatria berkumpul kembali seperti dulu kala..membicarakan hal-hal yang sama seperti pada satu ketika ^^
Di sela-sela kosan kelima, muncul kosan keenam. Waktu itu aku ada tugas di Bandung selama 6 bulan. Mau tidak mau aku mencari tempat untuk berlindung dari panas dan hujan untuk selama waktu 6 bulan. Di situ berbentuk satu rumah yang kami huni bertiga, dengan dua kawan dari Banten. Bertemu lagi dengan dua keluarga baru di tempat yang sekali lagi baru, Bandung. Banyak hal yang kusuka dari Bandung, tapi banyak hal yang tidak terlalu kusuka dikosan ini. Intinya, aku kurang cocok dengan dua kawan ini, justru aku cocoknya dengan si babe, pemilik kosan. Babe (baca: babe, bukan beb..:p), demikian aku memanggilnya, cukup deket samaku, yang ternyata alasannya adalah karena mukaku yang mirip dengan muka anak pertamanya yang sedang kuliah di sekolah akuntansi Negara sana…hehehe. Banyak kesan tentang Bandungnya dibandingkan kesan tentang kosannya. Ini yang membuatku suka dengan kota ini, dan mengakibatkan aku kembali dua tahun berikutnya.
Kosan ketujuh, lokasinya di Surabaya. Akhirnya giliranku menikah, sehingga memperkuat alasan bubarnya ksatrian. Tapi, sebagai pegawai biasa, tak cukup uangku untuk membeli sebuah rumah, mampunya Cuma mengontrak saja untuk awalnya. Mengontrak sebuah rumah di kota buaya yang kutemani bersama teman hidupku, sampai saat ini. Kontrakan tanpa kecuali kuanggap juga sebagai kosan. Kosan ketujuh.
Di sela-sela kosan ketujuh, ada kosan kedelapan dan kesembilan. Keduanya berada di Bandung (lagi), ketika kembali aku ditugaskan ke Bandung, kali ini untuk jangka waktu yang lebih lama. Kosan kedelapan tidak asing bagiku, karena sewaktu aku di Bandung sebelumnya aku sering maen kesini, sehingga ketika aku ada di Bandung lagi kosan ini termasuk dalam radarku. Tentunya setelah kosanku yang dulu (keenam) tak dapat kumiliki lagi karena sudah ada yang punya…^^ Akhirnya aku sebagai penghuni kosan kedelapan. Kosan ini berbentuk persegi dengan pagar di depannya. Di dalam persegi tersebut berisi 8 kamar dan hanya terisi 4 kamar dengan 4 orang penghuni di dalamnya. Di tambah denganku, maka dari 8 kamar terisi 5 kamar dengan 5 orang penghuni di dalamnya. Sebulan setelah aku disitu, seorang yang disitu pindah dengan alasan si bapak kos rese’. Karena aku ga terlalu kenal dengan tu kawan, maka Cuma kuiyain aja, walau ga tau rese’nya kaya apa. Tidak lama berselang setelah tu kawan ciao, datang penghuni baru, Adul namanya, seorang kawan dari Garut yang kuliah di jurusan informatika. Jadi formasi kami tetap seperti semula, 5 kamar dengan 5 orang di dalamnya. Dari 4 penghuni tersebut, hanya Adul kawanku satu-satunya, yang sering kuajak ngobrol dan diajak ngobrol, yang lainnya pada Geje. Yang satu udah bapak-bapak banget, lebih tua dari sang penjaga kosan, dan jelas rese’nya. Yang kedua kawan sebelah kamar persis, adanya Cuma malam. Pulang, parker motor dan masuk kamar. Paginya keluar kamar, ambil motor lalu keluar, dan pulang malam lagi. Tetangga kamar yang dengan mudah kulupa namanya, yang jelas anak Tangerang. Sedangkan yang satunya lebih ajaib lagi. Dalam seminggu palingan ketemu satu kali. Paling banter dua kali, seorang kawan bernama Rony dari Cirebon. Maka wajarlah kiranya kalo Cuma Adul kawanku, selain tetangga kamar, dia juga satu-satunya yang stay di kamar sebanyak yang aku lakukan. Tak lama setelah Adul datang, datang kawan satu lagi, si Pandapotan kawan dari Bekasi keturunan Batak. Ini kawanku kedua setelah Adul yang bisa diajak ngobrol. Anaknya asik, tapi sayang Cuma dua bulan di situ. Lalu Lulus. Tak lama setelah Pandapotan, datang satu lagi kawan dari Palembang, lupa juga namanya. Ni bocah justru hampir tiap hari ada di kosan, jadi curiga kapan kuliahnya, karena konon dia satu kampus sama Adul, satu jurusan pula. Kata si Adul memang jarang kuliah tu bocah. Kerjanya ngegame sama ngumpulin kawan di kosan. Akibatnya jelas, terpental dari kosan hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan. Dari situ baru kerasa, betul juga bapa kos rese’ juga. Namanya kawan cowok, anak teknik, kumpul sama kawannya, mana bisa ga ribut? Akupun jadi korban beberapa kali kerese’annya yang membuatku terpental tahun berikutnya.
Tahun kedua di Bandung aku pindah kosan, ke kosan kesembilan. Alhamdulillahnya, aku kembali ke Babe. Walaupun tidak dalam kamar yang sama tapi dalam manajemen yang sama, kosan milik babe..hehehe. kosan si babe ini terdiri dari 4 kamar dan satu rumah yang kutempati dua tahun sebelumnya. dari empat kamar tersebut dua kosong, yang satu baru kosong setelah ditinggal kawanku serumah dari Banten dulu yang baru selesai melaksanakan tugasnya. Akhirnya kugantikan tempatnya. Namun setelah dipikir-pikir aku lebih memiliih kamar satunya. Dan pilihanku sangatlah tepat, kamar paling nyaman dari tujuh kosan sebelumnya. satu kosan tidak dihitung..:p kamar paling nyaman karena kamar ini satu-satunya kamar yang ada kamar mandi di dalamnya, hahahaha jadi kalo mau mandi, buang air, ga perlu jauh2 dan repot2 mesti keluar kamar. Selain itu, di kamar ini baru kurasakan, oooo kaya gini kamar yang penuh fasilitas macam kamar kawanku dikosan ketiga dulu di blok B…:p kamar yang nyaman ditambah dengan bapa kos si babe, sungguh perpaduan yang sempurna, sampai tak terasa tugasku selesai juga di Bandung ini dalam waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan sebelumnya. molor setengah tahun…^^ tidak banyak yang kutahu tentang kawan kosan yang lain selain sebelah kamarku bernama Iwan, dan pindah beberapa bulan setelah aku disitu, pindah dan digantikan dengan kawan lain dari Pekanbaru yang sampai sekarang aku ga tau namanya. Kamar di ujung sana penghuninya tetap dari sebelum aku datang sampai aku tinggalkan. Dan tetap aku tidak tahu siapa namanya. Kamar yang depan, berganti-ganti penghuninya, dari seorang perempuan mahasiswa dokter gigi, sampai akhirnya diganti seorang laki-laki mahasiswa fakultas hukum. Tak tau juga siapa namanya. Akhirnya kosan kesembilan kutinggalkan dengan berbagai kenangan dan kembali ke kosan ketujuh. Di kosan kesembilan, sahabatku adalah kamar kosku sendiri. Kurindu samamu sahabat, semoga kau dimiliki oleh penggantiku yang lebih merawatmu…^^
Kosan ketujuh ini juga habis masa berlakunya beberapa bulan lagi. Apakah akan berlanjut ke kosan kesepuluh? Atau cukup sampai dikosan kesembilan dan punya kesempatan untuk beli rumah idaman?...biarlah waktu yang akan menjawabnya…^^
Dalam waktu sebelas tahun aku tinggal di empat tempat berbeda, berbeda dari budaya maupun bahasa. Beberapa tahun lagi apakah aku masih di tempat yang sama? Ataukah sudah mengembara di tempat yang berbeda lagi untuk kemudian menceritakan kosan kesekian?
Tulisan nglantur dari pagi, dilanjut malam hari.


0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes