Selamat Datang | Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma | Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat

Thursday, July 07, 2011

R E S P E C T



Kita lahir tumbuh dan hidup di tengah-tengah manusia yang lainnya. Apa jadinya jika kita hidup tanpa ada saling menghargai satu dengan yang lain? Ketika kita menyebut diri kita “aku” dan mereka menyebut diri mereka juga “aku”, apa yang terjadi? tak perlu kita bayangkan, karena sampai saat ini kita masih bisa menghargai satu dengan yang lain. Dari mana rasa saling menghargai itu tumbuh dan berkembang? Semua berawal dari lingkungan terdekat dengan manusia itu sendiri, yaitu lingkungan paling kecil, keluarga.

Keluarga mengajarkan kita menghargai satu dengan yang lain. Nilai itu dibawa ke lingkungan yang lebih besar, sekolah. Sekolah mengajarkan menghargai dalam berbagai bentuk untuk membentuk individu agar diterima di masyarakat dengan nilainya masing-masing dan saling menghargai.
Sekolah mengajarkan untuk menghargai hasil karya diri sendiri dan orang lain. Dengan menghargai hasil karya orang lain, kita belajar untuk menghargai diri sendiri. Di sekolah pula kita diajarkan nilai-nilai yang jauh lebih kompleks dari nilai-nilai yang diajarkan dalam keluarga. Tapi, nilai yang diajarkan di keluarga adalah purwarupa dari nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dan keluarga.
Sebetulnya kemana arah pembicaraan ini?
Saya hidup bersama dengan yang lain sudah (atau lebih tepat baru) dua puluh tahun lebih. Selama itu pula saya belajar untuk menghargai dan dihargai orang lain. Tapi selama itu pula saya melihat bagaimana ketika satu dengan yang lainnya tidak saling menghargai. Dalam dunia saya, tidak menghargai karya orang lain, PLAGIAT.
Saya merasakan susahnya menemukan ide, sehingga saya tidak yakin apakah saya pernah menemukan ide. Namun, mengembangkan ide saya pikir lebih mudah daripada menemukan ide, sehingga saya pikir lagi, saya selama ini hanya mengembangkan ide. Hormat saya buat para penemu ide, dan hormat saya juga bagi mereka yang menghormati para penemu ide.
PLAGIAT sama dengan mencuri, dan objek pencurian itu memiliki nilai yang tidak dapat ditaksir dalam nilai berapapun, ide. Bagi para penemu ide dan pengembang ide, mencuri idenya sama halnya mencuri otaknya. Plagiat atau COPAS (COpy PASte) dalam bahasa saya dan kawan-kawan, adalah hal yang tak terampuni dalam dunia akademik, setidaknya tidak saya ampuni. Kecuali sang peng COPAS mengakui perbuatannya dan bersedia bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
Untuk tugas mata kuliah, konsekuensinya adalah gagal dalam mata kuliah itu, sedangkan untuk skripsi, tesis dan desertasi konsekuensinya adalah pencabutan gelar jika aksi COPAS itu diketahui setelah dinyatakan lulus, atau penulisan ulang skripsi, tesis dan desertasi tersebut jika diketahui pada saat pengerjaan.
Banyak kita jumpai aksi COPAS ini dimana-mana, di dunia musik sampai akademik, kata Kang Pidi Baiq, “Hidup Kami, Matilah Plagiator”. Matilah kalian. Ayo kawan, hormati diri sendiri dengan menghormati orang lain.

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes